Minggu, 09 Januari 2011

SENI DALAM PANDANGAN ISLAM? SEPERTI APA?


Pendidikan Islam sebagai suatu sistem sekaligus proses bermaksud membina, mengembangkan, serta mengarahkan potensi potensi dasar insaniah berdasarkan nilai-nilai (normative) ajaran islam. Tetapi bila kita lihat pendidikan Islam di Indonesia, ternyata pendidikan yang merupakan sarana dan wadah untuk menyiapkan generasi yang berkualitas secara moral dan intelektual masih jauh dari harapan.[1] Sebagai bangsa yang masih berkembang, umat islam diseluruh dunia menghadapi problem pendidikan yang komplek dan serius. Kegagalan pendidikan Islam untuk membentuk dan menciptakan peserta didik yang berkarakter atau berkepribadian islami tidak lepas dari kelemahan.[2] Kesalahan yang seringkali terjadi dan tidak disadari adalah persepsi tanggung jawab pendidikan semata-mata berada ditangan pemegang birokrasi pendidikan.[3]
Diantara sumber-sumber yang menjadi dasar serta rujukan pendidikan Islam adalah Al-Quran dan Al-Hadits. Dari sumber itulah terurai nilai-nilai pendidikan Islam yang hendak ditransformasikan. Namun, penulis melihat bahwa nilai-nilai pendidikan Islam tidak saja dapat ditemukan dalam A-Quran dan Al-Hadits namun juga dari karya seni manusia. Hal ini berangkat dari asumsi bahwa dalam sebuah karya apapun bentuknya selalu disisipkan sejumlah nasihat. Sedang untuk menemukan pesan apa yang disampaikan akan sangat terkait dengan kritik karya. Kritik karya disini didefinisikan sebagai hasil usaha pembaca dalam mencari dan menentukan nilai hakiki dari sebuah karya seni melalui pemahaman penafsiran yang sistematis. Apa yang ingin disampaikan oleh seorang seniman dapat diketahui atau dapat digali melalui karya-karyanya. Dalam sebuah karya manusia membawa kreatifitasnya untuk bersentuhan dengan ralitas dunianya, hasil dari persentuhan itu, manusia tidak hanya menghasilkan benda-benda materiil, tetapi juga menghasilkan pranata sosial, gagasan, dan konsep-konsep. Secara ideal, manusia berkarya bukan hanya mencerminkan batin yang kosong, melainkan juga mencerminkan refleksinya terhadap realitas keseniannya. Pendapat ini dapat dibandingkan dengan pendapat yang menyatakan bahwa karya seni apapun bentuknya bias berfungsi sebagai media pendidikan yang sifatnya non-formal karena didalamnya selalu diselipkan sejumlah nasihat.[4]
Seni, dalam hal ini berfungsi untuk menciptakan bentuk-bentuk kesenangan bagi kehidupan manusia yang dalam pelaksanaannya Islam memberi petunjuk agar kesenangan yang diberikan itu jangan sampai merusak kebahagiaan dan keselamatan manusia itu sendiri.[5] Jika seni itu memberikan manfaat bagi manusia, memperindah hidup dan hiasannya yang dibenarkan agama, mengabdikan nilai-nilai luhur dan menyucikannya serta mengembangkan dan memperhalus rasa keindahan dalam jiwa manusia, maka dengan alasan tersebut sunnah Nabi mendukung dan tidak menentangnya.[6]


[1] Drs. H. baharuddin, M. Pdi, dan Moh Makin, S. Ag., Am. Pd, Pendidikan Humanistik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2007), hal.125
[2] Department Agama, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Depag  RI, 2003), hal.1
[3] Drs. H. baharuddin, M. Pdi, dan Moh Makin, S. Ag., Am. Pd, Pendidikan Humanistik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2007), hal.116
[4] Nasrullah, “Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Kaligrafi Kontemporer Karya Syaiful Adnan”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005, Hal.10
[5] Sidi Gazalba, Asas-asas Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), hlm. 302.

[6] M. Quraish Shihab, Islam dan Kesenian, dalam Jabrohim dan Saudi Berlian (peny.), Islam dan Kesenian, t.tp: Majelis Kebudayaan Muhammadiyah Universitas Ahmad Dahlan Lembaga Litbang PP Muhammadiyah, 1416 H / 1995,  hal. 6.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar